Langsung ke konten utama

Anak Itu Tersenyum

Sore itu saya berjalan pada sebuah halaman salah satu Gereja di kota saya. Saya mencari tempat untuk duduk sejenak dan saya menemukannya di sebuah tempat duduk dekat poliklinik Gereja tersebut. Saya meregangkan otot-otot dan menikmati udara sore itu. Kemudian saya melihat sekeliling Gereja itu, tampat sepi namun sangat damai. Hingga mata saya menangkap sebuah pemandangan yang membuat saya enggan untuk melepaskan pandangan itu. Saya melihat sebuah keluarga duduk di dekat poliklinik Gereja tersebut. Sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak mereka. Ayah tersebut belum begitu tua, mungkin kira-kira usiannya menginjak kepala empat berdiri di hadapan seorang ibu tersebut dan anak mereka yang mungkin berusia sekitar enam tahun. Saya melihat keluarga tersebut adalah keluarga yang berada pada garis bawah. Mengapa saya mengatakan seperti itu? Karena saya melihat keluarga itu hanya membawa sebuah sepeda ontel tua, bukan sebuah motor ataupun mobil. Saya pun juga melihat mereka berbagi sebuah jagung rebus untuk semua anggota keluarga. Saya terus memperhatikan pemandangan itu. Saya menikmati setiap gerakan mereka. Beberapa menit berlalu, jagung yang keluarga tersebut makan, perlahan mulai habis. Kemudian, saya melihat sang ayah menggendong anaknya dan mengangkatnya ke atas sepeda ontel tadi. Ayah itu perlahan mulai menaiki sepeda itu beserta anaknya dan sang ibu mengikutinya dari belakang. Saya kira mungkin hanya ada sebuah boncengan pada sepeda itu sehingga sang ibu harus rela berjalan kaki demi anaknya duduk dalam boncengan sang ayah. Keluarga itu mulai meninggalkan Gereja itu, namun saya masih terpaku dengan pandangan saya terhadap keluarga tersebut. Saya terus memandang mereka hingga pandangan saya terhalang oleh sebuah pohon. Setelah mereka tak tampak lagi, saya merenung sejenak. Saya merasakan ada damai dalam keluarga tersebut. Meski saya tahu, mereka berada dalam garis bawah namun mereka masih memiliki kasih dalam keluarga. Saya teringat akan senyum dan tawa sang anak tadi, begitu dia bahagia dengan keluarganya. Sebuah jagung dapat dibagi untuk semua keluarga. Dan entah mengapa saat itu pikiran saya melayang jauh. Saya memikirkan hal yang banyak terjadi di sekeliling saya. Saya berpikir, banyak orang di sekililing saya yang memiliki keluarga berada dan berbagai macam kekayaan namun mereka amat merindukan kasih dalam keluarga. Satu hal yang dapat saya ambil dari itu semua. Bahwa kedamaian dan kebahagiaan bukan didapat dari harta dan kekayaan namun dari sebuah kasih dan kesatuan. Berbahagialah dan bersyukurlah kalian, jika kalian masih memiliki keluarga yang sangat mengasihi kalian. Terus doakan setiap keluarga kalian, rindukan kasih Tuhan nyata dalam keluarga kalian. Karena kasih itu adalah kasih yang membawa damai dan sukacita dalam keluarga. Namun janganlah bersedih jika kalian berada dalam keluarga yang mungkin sedang mengalami pasang surut. Terus dan tetaplah percaya bahwa Tuhan yang akan memulihkan keluarga kalian dan melimpahkan kasih-Nya bagi keluarga kalian. Diberkatilah keluarga yang membawa Tuhan menjadi fondasi dalam keluarganya. Amin. Tuhan Yesus memberkati :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masa Depan di dalam Tuhan - Renungan

Nats: Mazmur 37:37 Syallom saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Saat saya menulis renungan ini, saya teringat akan sebuah lagu sekolah minggu yang berbunyi seperti ini: “ Kupunya masa depan penuh harapan, Tuhan menjamin hidupku , asalku tetap setia memandang terus kedepan, kuyakin Tuhan menopang hidupku.” Lagu lagu sekolah minggu tersebut berisi pesan yang sangat dalam bagi saya. Disaat kita setia, pasti Tuhan akan menjamin masa depan kita. Namun, apa yang saudara ketahui tentang apa itu masa depan dan sebuah arti dari kesetiaan? Mengapa saudara harus memperjuangkan masa depan tersebut? Masa depan adalah sebuah masa yang dimana akan kita arungi diwaktu yang akan datang. Dan mungkin kita akan mendapatkan sesuatu yang kita harapkan dimasa sekarang ini pada masa depan tersebut. Atau dengan kata lain, masa depan adalah sesuatu yang harus kita perjuangkan untuk mendapatkan apa yang kita harapkan. Dalam Amsal 23:18 mengatakan bahwa masa depan itu sungguh ada. Artinya bahwa setiap oran...

I LOVE YOU IXACI :*

Dua tahun udah hampir berlalu saat aku pertama kali bertemu dengan teman-teman SMPku. Awal masuk tanggal 5 Juli 2010. Pertama masuk gerbang aku langsung kenalan dengan Thea dan Gita, kemudian aku menyendiri (makhlumlah cuman aku sendiri yg masuk aksel dari SDku). Setelah beberapa menit, tau-tau Izzul (yang saat itu belum pakai jilbab) mendekat dan kemudian kita kenalan deh. Hari pertama masuk aku kemana-mana sama Izzul. Tapi saat hari kedua, aku udah mulai kenal sama Kikik dan Alsha yang saat itu bangku Kikik berada di sebelahku dan Alsha didepanku. Seminggu berlalu dengan suasana kelas yang masih kayak kuburan. Saat MOSpun datang dan berlalu dengan cepat. Setelah itu kami (A Akselerasi) semakin dekat dan semakin dekat. Canda tawa selalu menemani hari-hari kami. Dan ini adalah penilaianku terhadap teman temanku: 1. ADAM WIGUNA SETIAWAN: Ini anak kocak, kocak banget malahan. Tapi sayangnya dia joroknya minta ampun. Kalo udah liat kaos kakinya ihhh jijik banget, udah bolong, kotor lagi...

PASKAH INDAH DI PANTI ASUHAN

Aku kangen saat-saat itu. Waktu aku sekitar kelas 3 SD aku ikut persekutuan anak yang namanya SEL. Disitu aku belajar banyak banget tentang puji-pujian dan Alkitab tentunya. Banyak kegiatan yang diadain di SEL ini, salah satunya kegiatan yang mau aku ceritain di entri ini yaitu kegiatan "KUNJUNGAN KE PANTI ASUHAN". Menurut kamu gimana? Kunjungan Ke Panti Asuhan? Kalau menurutku sih assikk banget. Aku inget, nama panti asuhannya BETH SHAN yang lokasinya didaerah Cemani, Sukoharjo. Kebetulan kunjungan itu diadakan waktu Hari Paskah. Saat kami membuat rencana itu, pihak panti asuhan sangat menyetujuinya. Perlengkapan demi perlengkapan kami persiapkan dengan sangat detail, walaupun saat itu aku dan teman-temanku masih anak-anak, kami punya semangat yang besar lhoo. Aku lupa saat itu kami berangkat naik apa, tapi yang jelas, panti asuhannya nggak jauh dari tempat SEL kami. Dengan kakak pembimbing, kami memasuki panti asuhan itu dan disambut dengan tawa dan canda dari teman-teman p...