Aroma natal telah tercium di setiap sudut sebuah kota. Tak lepas dari sebuah Gereja yang berada di kota tersebut. Gereja yang sederhana namun suasananya lekat dengan suasana natal. Terdapat sebuah pohon natal besar yang sengaja dipasang oleh pihak Gereja di depan altar Gereja itu. Pohon natal hijau nan indah dengan setiap pernak-pernik yang menghiasinya. Minggu telah tiba dan waktunya untuk anak-anak kecil mengikuti Sekolah Minggu. Saat hampir usai, seorang pendeta dari Gereja tersebut mendatangi anak-anak sekolah minggu. "Hai anak-anak, sebentar lagi hari Natal tiba. Kalian lihat pohon natal yang ada di Altar Gereja itu?" Tanya Sang Pendeta sembari menunjuk pohon natal besar yang ada di Altar Gereja tersebut. "Iya Pak Pendeta, kami melihat pohon natal itu. Pohon natalnya cantik pak" Jawab seorang anak berbaju merah muda dengan senyum mengembang di bibirnya. "Nah, lihat dibawah pohon natal itu masih kosong. Belum ada kado buat Tuhan Yesus. Apa kalian mau memberi kado buat Tuhan Yesus?" Lanjut Sang Pendeta. "Kami mau pak Pendeta. Kami mau memberi kado buat Tuhan Yesus." Jawab semua anak. "Kalau begitu, besok waktu hari Natal tiba, kalian bawa kado buat Tuhan Yesus ya terus nanti ditaruh dibawah pohon natal itu. Kadonya boleh apa aja" Jelas Pendeta tersebut. Kemudian dengan senyum dan langkah pelan, Sang Pendeta tersebut meninggalkan anak-anak sekolah minggu. Dan semua anak gaduh memikirkan kado apa yang akan mereka berikan untuk Tuhan Yesus pada hari natal nanti. Berbeda dengan anak-anak yang lain, seorang anak terlihat murung dan tampak sedih. Melihat anak tersebut, sang guru sekolah minggu mendekatinya. "Kamu ada apa?" Tanya guru tersebut dengan nada sangat ramah. "Saya sedih bu" Jawab sang anak. "Kenapa kamu sedih? Seharusnya kan senang karena sebentar lagi hari natal tiba." Lanjut sang guru. "Karena itu bu saya sedih, saya rasa saya tidak akan bisa memberikan kado untuk Tuhan Yesus" Balas sang anak dengan muka sangat muram. "Kenapa kamu bicara seperti itu?" Tanya sang guru untuk kesekian kali. "Karena saya tidak memiliki uang untuk membeli kado itu bu. Ibu saya dirumah sakit dan bapak bekerja untuk mengobati ibu saya bu. Saya tidak akan bisa memberi kado untuk Tuhan Yesus." Jawab sang anak dengan muka semakin sedih. Sang guru tersenyum mengerti. "Nak, dengarkan ibu guru. Tuhan Yesus nggak minta kado yang mahal kok. Apapun yang kamu miliki boleh kamu berikan untuk Tuhan Yesus." Jelas ibu guru dengan senyumnya. "Sungguh bu? Boleh apa aja?" Tanya sang anak untuk memastikan. "Iya nak" Jawab ibu guru dengan nada lembut. Setelah pembicaraan singkat antara anak dan ibu guru tersebut, sekolah minggu usai. Semua anak kembali ke rumah masing-masing. Begitu pula dengan sang anak tadi, dia kembali ke rumahnya yang tak terlalu besar dan amat sangat sederhana. Dia menceritakan kepada ibunya tentang perkataan Pak Pendeta saat di Gereja tadi. Ibunya hanya tersenyum memandang anaknya, kemudian ia melanjutkan pekerjaan yang sempat terhenti oleh cerita sang anak tadi. Waktu berlalu dan tak terasa natal telah tiba. Bunyi lonceng terdengar diseluruh sudut kota. Suasana damai terasa disetiap jiwa. Tak terkecuali di sebuah Gereja dimana anak kecil itu sekarang berada. Ia menandangi semua teman-temannya yang membawa kado yang beraneka ragam. Ia hanya terdiam sembari memandang tangannya yang terasa hampa tanpa sebuah kado. Kado kecilpun tak ia bawa. "Hei kamu, dimana kadomu buat Tuhan Yesus? Lihat ini kadoku buat Tuhan Yesus. Besar kan" kata salah seorang temannya sambil memamerkan bungkusan besar berwarna merah yang dia bawa. Anak itu hanya diam dan tersenyum kecil. Ia melangkah menuju tempat duduk untuk memulai ibadah. Ibadah berlangsung dengan damai dan sangat syahdu. Sebelum ibadah benar-benar selesai, sang Pendeta mempersilahkan semua anak untuk menaruh kado yang mereka bawa untuk Tuhan Yesus di bawah pohon natal. Semua anakpun mengikuti apa yang diperintahkan oleh Pendeta. Sedikit demi sedikit bagian bawah pohon natal penuh dengan kado. Kecuali kado anak kecil tadi karena dia tak membawa apa-apa. Melihat sang anak kecil itu, Pak Pendetapun mendekatinya dan bertanya kepadanya "Dimana kadomu untuk Tuhan Yesus?". Anak kecil itu tak menjawab. Beberapa detik kemudian ia mendekati pohon natal besar itu dan sujud dibawahnya. Ia mulai membuka mulutnya dan menyanyikan sebuah lagu...
"Hanya ini Tuhan persembahanku, segenap hidupku jiwa dan ragaku. Sebab tak kumiliki harta kekayaan yang cukup berarti tuk ku persembahkan.
Hanya ini Tuhan permohonanku terimalah Tuhan persembahanku, pakailah hidupku sebagai alatMu, seumur hidupku."
Air mata anak itu mulai mengalir perlahan dan dia mengulang lagu itu kembali. Semua jemaat yang hadir sentak terharu oleh apa yang dilakukan anak kecil itu. Beberapa diantara merekapun menitihkan air mata karena tak kuasa membendungnya. Termasuk sang Pendeta, beliau sangat terkaget oleh apa yang dilakukan oleh anak kecil itu. Kemudia beliau mendekatinya dan berkata "Itu adalah kado terindah yang Tuhan Yesus terima, Nak. Dia sangat senang atas pemberianmu". Sang Pendetapun memeluk anak kecil itu..
Nats: Mazmur 37:37 Syallom saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Saat saya menulis renungan ini, saya teringat akan sebuah lagu sekolah minggu yang berbunyi seperti ini: “ Kupunya masa depan penuh harapan, Tuhan menjamin hidupku , asalku tetap setia memandang terus kedepan, kuyakin Tuhan menopang hidupku.” Lagu lagu sekolah minggu tersebut berisi pesan yang sangat dalam bagi saya. Disaat kita setia, pasti Tuhan akan menjamin masa depan kita. Namun, apa yang saudara ketahui tentang apa itu masa depan dan sebuah arti dari kesetiaan? Mengapa saudara harus memperjuangkan masa depan tersebut? Masa depan adalah sebuah masa yang dimana akan kita arungi diwaktu yang akan datang. Dan mungkin kita akan mendapatkan sesuatu yang kita harapkan dimasa sekarang ini pada masa depan tersebut. Atau dengan kata lain, masa depan adalah sesuatu yang harus kita perjuangkan untuk mendapatkan apa yang kita harapkan. Dalam Amsal 23:18 mengatakan bahwa masa depan itu sungguh ada. Artinya bahwa setiap oran...
Komentar
Posting Komentar