Sabtu sore dipenghujung bulan September. Seperti biasa karena pada Minggunya saya bertugas dalam ibadah, saya mengikuti latihan persiapan ibadah. Latihan berlangsung di sebuah ruangan lantai 2 di Gereja saya. Latihan selesai menjelang petang. Tiba-tiba ada seorang anak masuk ke ruangan tersebut sambil terengah-engah dan keringat bercucuran dari dahi miliknya. Mungkin anak itu berusia sekitar 11 tahun. "Kamu kenapa nyo? Kok lari-lari?" Tanya pemimpin latihan petang itu. Nyo untuk Nyonyo, sebutan anak laki-laki yang berusia lebih muda di kalangan orang-orang Chinese. Saya tahu anak itu Chinese dari bentuk wajah dan mata yang dimilikinya. "Aku mencari mama, Tante." Jawab anak tersebut. "Emang mama kamu kemana, Nyo?" Ibu koordinator tersebut kembali bertanya. "Nggak tau tante, dari tadi pagi aku nggak ketemu mama." Jawaban anak itu semakin membuat perasaan penasaran pada setiap hati kami yang ada. Bagaimana mungkin anak sekecil itu ditinggal oleh mamanya dari pagi hingga petang seperti saat itu. "Lha kamu tadi berangkat ke Gereja sama siapa?" "Aku bawa sepeda, Tante. Rumahku dekat dengan Gereja." Bukan bermaksud mengintrogasi anak tersebut, namun kami penasaran dengan kehidupan anak tersebut. Berbagai pertanyaan kami lontarkan pada anak laki-laki itu dan dia menjawabnya dengan senang hati. Hingga saya tertegun saat dia menjawab pertanyan mengenai keberadaan ayahnya. "Papa ada di Semarang, aku tinggal disini sama mama sama cicik. Aku udah lama nggak bertegur sapa sama papa. Lagian papa juga udah cerai sama mama." Jawaban yang jujur itu membuat hati kami begitu iba melihat anak itu. Ketika kami kembali menanyainya lebih dalam soal ayahnya, jawaban anak itu seperti ini "Aku sebel sama papa. Papa sering nyakiti mama. Aku nggak mau ketemu papa. Papa dulu juga nggak mau punya anak laki-laki." Jawaban itu membuat hati kami semakin iba padanya. Anak sekecil itu yang ditolak oleh ayahnya dan harus berjuang bersama ibu dan kakak perempuannya sendirian di Kota Solo ini. Singkat cerita, banyak sekali yang diceritakan oleh anak itu. Tentang keteguhan dan kegigihannya menjalani hidup dengan usia sekecil itu. Namun saya terkagum padanya karena pemikirannya yang telah dewasa, tidak seperti anak seusianya. Dia sudah memikirkan ibu dan kakaknya. Anak itu begitu luar biasa. Dia mencoba memaafkan ayahnya yang entah apakah ayahnya menganggapnya ada atau tidak. Berbahagialah kita semua jika masih diberikan kesempatan Tuhan untuk memiliki ayah yang sangat menyayangi setiap kita. Karena kesempatan itu tak akan datang untuk kesekian kalinya. Amin. Tuhan Yesus memberkati :)
Nats: Mazmur 37:37 Syallom saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Saat saya menulis renungan ini, saya teringat akan sebuah lagu sekolah minggu yang berbunyi seperti ini: “ Kupunya masa depan penuh harapan, Tuhan menjamin hidupku , asalku tetap setia memandang terus kedepan, kuyakin Tuhan menopang hidupku.” Lagu lagu sekolah minggu tersebut berisi pesan yang sangat dalam bagi saya. Disaat kita setia, pasti Tuhan akan menjamin masa depan kita. Namun, apa yang saudara ketahui tentang apa itu masa depan dan sebuah arti dari kesetiaan? Mengapa saudara harus memperjuangkan masa depan tersebut? Masa depan adalah sebuah masa yang dimana akan kita arungi diwaktu yang akan datang. Dan mungkin kita akan mendapatkan sesuatu yang kita harapkan dimasa sekarang ini pada masa depan tersebut. Atau dengan kata lain, masa depan adalah sesuatu yang harus kita perjuangkan untuk mendapatkan apa yang kita harapkan. Dalam Amsal 23:18 mengatakan bahwa masa depan itu sungguh ada. Artinya bahwa setiap oran...
Komentar
Posting Komentar