Langsung ke konten utama

Dialiri Untuk Mengaliri

Sabtu pagi di awal bulan Oktober, saya mendapat pesan singkat dari teman saya yang mengatakan bahwa akan berkunjung ke Jogja siang harinya. Karena saat ini saya melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di kota pelajar tersebut, saya menjadi sasaran empuk untuk menjadi tour guide bagi teman-teman saya dari Solo yang ingin berkunjung ke Jogja. Sebenarnya, saat itu saya ada sebuah acara di kampus saya. Namun, demi teman saya yang telah saya anggap saudara tadi, saya rela untuk izin mengikuti acara tersebut hanya sampai pertengahan. Singkat cerita, pukul 11.00 teman saya dan beberapa temannya yang lain tiba di Jogja dengan mengendarai motor. Ternyata, tujuan teman saya datang ke Jogja adalah untuk mengantar teman sekolahnya mendaftar sebuah olimpiade yang diadakan salah satu fakultas di kampus saya. Setelah selesai mengurus registrasi, kami sempat makan dan menikmati beberapa wisata di Jogja sejenak. Tiba waktunya untuk kembali ke Solo, karena hari itu adalah hari Sabtu, jadi saya sekalian kembali ke Solo (seharusnya saya balik ke Solo setiap Jumat-Minggu). Sekitar pukul 15.00, kami berangkat menuju Solo. Hari itu sangat panas sekali dan sekaligus melelahkan. Kami mengendarai dua sepeda motor, saya bersama teman saya dan dua orang teman sekolah teman saya berboncengan dengan motor yang lain. Belum juga meninggalkan kota Jogja, kejadian mencekam terjadi. Motor yang dikendarai oleh teman sekolah teman saya tadi tergelincir dan jatuh di jalan raya. Kami panik dan takut. Namun, rasa syukur terselip ketika menyadari bahwa rumah sakit tak begitu jauh, hanya sejauh 10 meter dari tempat kejadian. Karena kecelakaan tersebut sedikit parah, membuat kaki salah seorang teman tidak dapat digerakkan. Kami memanggil ambulance. Takut, panik, dan bingung bercampur menjadi satu dalam hati saya dan teman saya. Kami menunggu pemeriksaan di luar ruang IGD dengan cemas. Ada hal lain yang kami sangat cemaskan selain keadaan teman tadi, yaitu biaya rumah sakit. Saat itu, hanya tersisa 50ribu di dalam dompet saya. Tidak ada yang lain, uang di ATMpun kosong karena saya belum mendapat uang saku dari orang tua saya. Begitupun dengan teman saya, uang dalam dompetnya hanya tinggal sekitar 200ribu. Karena saat itu bukan hanya biaya rumah sakit yang kami pikirkan, namun juga bagaimana cara teman yang kecelakaan tadi bisa pulang, karena saat itu ada kerusakan dalam motornya, sayapun tidak sampai hati untuk mengabari orang tua mereka, karena saat itu keadaan masih di luar kota. Pemeriksaan selesai dan waktunya untuk menebus obat yang diperlukan. Puji Tuhan, uang yang tersisa di dalam dompet teman saya masih cukup untuk menebus obat dan masih sisa beberapa ribu rupiah. Kebingungan kembali melanda. Bagaimana teman kami ini pulang. Mereka bersikeras untuk menggunakan kereta api dan menitipkan motornya di rumah sakit dahulu. Tetapi, lagi-lagi saya tidak sampai hati. Saya tahu benar bagaimana ramainya kereta api Jogja-Solo pada hari sabtu. Apalagi dengan keadaan mereka masih banyak luka. Kami pusing dan bingung di depan gerbang rumah sakit. Sempat juga terpikir oleh mereka untuk naik bus ke Solo. Namun sungguh itu sangat beresiko. Kemudian dengan nekat saya mencoba untuk menelepon taksi. Tak begitu lama, taksipun datang. Teman saya bertanya pada sopir taksi mengenai harga taksi untuk sampai ke Solo. Ternyata di luar dugaan saya, ongkos taksi Jogja-Solo ternyata sangat mahal sekali, hampir sekitar 500ribu. Seketika saya dan teman-teman shock dengan harga itu. Kami membatalkan untuk naik taksi. Bingung melanda kembali. Dalam kebingungan tersebut, saya serahkan semua uang yang ada di dompet saya untuk biaya perjalanan pulang teman-teman yang mengalami kecelakaan. Tanpa tersisa serupiahpun dalam dompet. Begitu pula teman saya, dia juga serahkan semua uang yang dimilikinya untuk biaya pulang teman-temannya. Selang beberapa waktu, kami merenung di depan gerbang rumah sakit, tiba-tiba ada seorang bapak keluar dari dalam rumah sakit mendatangi kami. Agaknya, bapak tadi memperhatikan kebingungan kami. Beliau menawari kami (teman yang sakit) tumpangan ke Solo, ternyata bapak tadi juga dalam perjalanan ke Solo namun mampir ke rumah sakit sebentar untuk mengantar cek keponakannya. Kami sangat bersyukur untuk tumpangan tersebut. Singkat cerita, saya dan teman saya balik ke Solo tetap dengan naik motor, tanpa membawa uang sepeserpun. Disini adalah sebuah kesaksian saya. Uang 50ribu yang awalnya ingin saya tabung, harus saya berikan untuk teman saya. Saat itu, saya tidak memiliki uang sama sekali. Saya menceritakan semua kejadian tersebut kepada mama saya dan mama saya hanya berkat "Tuhan pasti yang akan ganti". Saya bersyukur memiliki mama yang sangat mendidik saya untuk memberi, dalam keadaan apapun. Kejadian mencengangkanpun terjadi. Keesokan harinya saya mendapat kabar jika saya memperolah hadiah ulang tahun dari saudara saya yang berada jauh dalam bentuk uang (karena pada tanggal 1 saya berulang tahun). Saya tidak tau berapa nominal uang tersebut. Setelah saya cek, ternyata nominal tersebut adalah 10 kali dari uang yang saya berikan untuk teman saya. Sungguh, betapa baiknya Tuhan Yesus. Saya tidak habis pikir saat itu. Saya terkagum akan semua kebaikan Tuhan. Tuhan tidak akan pernah membiarkan anak-Nya berkekurangan saat setelah memberi. Saat ini yang ingin saya tekankan adalah perihal memberi. Saya pernah membaca sebuah buku tentang perbedaan laut mati dan sungai Yordan. Mengapa disebut sebagai laut mati? Karena semua makhluk hidup yang tinggal dalam laut tersebut akan mati, tidak ada yang dapat hidup. Mengapa demikian? Laut mati hanya menerima aliran dari sungai-sungai yang ada di sekitarnya tanpa mengalirkan kembali air di dalamnya. Disini berbicara tentang orang yang hanya mau menerima berkat dari Tuhan tanpa mau menyalurkannya sebagai berkat bagi orang lain. Orang tersebut akan menjadi mati, tidak ada kehidupan. Berbeda dengan sungai Yordan, sungai Yordan adalah sungai yang segar. Sungai Yordan menerima aliran air dari mata air yang ada di sekitarnya dan mengalirkan aliran airnya kembali untuk mata air yang lain. Itulah mengapa sungai Yordan penuh dengan kehidupan. Begitu pula dengan manusia, ketika berkat yang diterima boleh menjadi berkat bagi orang lain, makan hidupnya akan penuh dengan kehidupan yang segar. Jadi sahabat-sahabat, marilah kita menjadi sungai Yordan yang mengalirkan berkat dari Tuhan untuk memberi orang lain. Diberkati untuk memberkati, seperti Janda Sarfat yang memberi dari kekurangannya dan semua yang dimilikinya, namun Tuhan yang mencukupkan kehidupannya bahkan berlimpah-limpah. Give More :) God bless you.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masa Depan di dalam Tuhan - Renungan

Nats: Mazmur 37:37 Syallom saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Saat saya menulis renungan ini, saya teringat akan sebuah lagu sekolah minggu yang berbunyi seperti ini: “ Kupunya masa depan penuh harapan, Tuhan menjamin hidupku , asalku tetap setia memandang terus kedepan, kuyakin Tuhan menopang hidupku.” Lagu lagu sekolah minggu tersebut berisi pesan yang sangat dalam bagi saya. Disaat kita setia, pasti Tuhan akan menjamin masa depan kita. Namun, apa yang saudara ketahui tentang apa itu masa depan dan sebuah arti dari kesetiaan? Mengapa saudara harus memperjuangkan masa depan tersebut? Masa depan adalah sebuah masa yang dimana akan kita arungi diwaktu yang akan datang. Dan mungkin kita akan mendapatkan sesuatu yang kita harapkan dimasa sekarang ini pada masa depan tersebut. Atau dengan kata lain, masa depan adalah sesuatu yang harus kita perjuangkan untuk mendapatkan apa yang kita harapkan. Dalam Amsal 23:18 mengatakan bahwa masa depan itu sungguh ada. Artinya bahwa setiap oran...

I LOVE YOU IXACI :*

Dua tahun udah hampir berlalu saat aku pertama kali bertemu dengan teman-teman SMPku. Awal masuk tanggal 5 Juli 2010. Pertama masuk gerbang aku langsung kenalan dengan Thea dan Gita, kemudian aku menyendiri (makhlumlah cuman aku sendiri yg masuk aksel dari SDku). Setelah beberapa menit, tau-tau Izzul (yang saat itu belum pakai jilbab) mendekat dan kemudian kita kenalan deh. Hari pertama masuk aku kemana-mana sama Izzul. Tapi saat hari kedua, aku udah mulai kenal sama Kikik dan Alsha yang saat itu bangku Kikik berada di sebelahku dan Alsha didepanku. Seminggu berlalu dengan suasana kelas yang masih kayak kuburan. Saat MOSpun datang dan berlalu dengan cepat. Setelah itu kami (A Akselerasi) semakin dekat dan semakin dekat. Canda tawa selalu menemani hari-hari kami. Dan ini adalah penilaianku terhadap teman temanku: 1. ADAM WIGUNA SETIAWAN: Ini anak kocak, kocak banget malahan. Tapi sayangnya dia joroknya minta ampun. Kalo udah liat kaos kakinya ihhh jijik banget, udah bolong, kotor lagi...

PASKAH INDAH DI PANTI ASUHAN

Aku kangen saat-saat itu. Waktu aku sekitar kelas 3 SD aku ikut persekutuan anak yang namanya SEL. Disitu aku belajar banyak banget tentang puji-pujian dan Alkitab tentunya. Banyak kegiatan yang diadain di SEL ini, salah satunya kegiatan yang mau aku ceritain di entri ini yaitu kegiatan "KUNJUNGAN KE PANTI ASUHAN". Menurut kamu gimana? Kunjungan Ke Panti Asuhan? Kalau menurutku sih assikk banget. Aku inget, nama panti asuhannya BETH SHAN yang lokasinya didaerah Cemani, Sukoharjo. Kebetulan kunjungan itu diadakan waktu Hari Paskah. Saat kami membuat rencana itu, pihak panti asuhan sangat menyetujuinya. Perlengkapan demi perlengkapan kami persiapkan dengan sangat detail, walaupun saat itu aku dan teman-temanku masih anak-anak, kami punya semangat yang besar lhoo. Aku lupa saat itu kami berangkat naik apa, tapi yang jelas, panti asuhannya nggak jauh dari tempat SEL kami. Dengan kakak pembimbing, kami memasuki panti asuhan itu dan disambut dengan tawa dan canda dari teman-teman p...