Langsung ke konten utama

UNTUKMU 2015...

Malam hari, satu hari menjelang hari Ujian Akhir Semester pertama saya di dalam perguruan tinggi. Sejujurnya, terlalu banyak kisah yang ingin saya bagikan akhir-akhir ini. Namun, inilah sebuah kisah yang menarik bagi saya untuk sedikit saya bagikan untuk sahabat sekalian. Kisah dimana berurai air mata kesedihan dan kebahagiaan di dalamnya. Inilah sebuah kisah perjuangan saya untuk dapat menjadi salah seorang bagian kecil dari formasi ASEAN di kampus kerakyatan kota Jogjakarta. Ya, Universitas Gadjah Mada. Tahun 2015 benar-benar menjadi sebuah tahun perjuangan bagi saya. Dimulai dari penyerahan total saya saat sesi KKR kelas 12 Retreat di SMA saya. Disitu, saya benar-benar berserah total dimana Tuhan akan tempatkan saya untuk melanjutkan pekerjaan tangan-Nya di bangku perkuliahan. Saya benar-benar bergumul bersama Tuhan. Hari-hari berlalu dan tak terasa gemerlap kembang api memenuhi langkit kota Solo yang menandakan tahun telah berganti. Saat pergantian tahun, saya sengaja untuk tidak keluar dari rumah setelah ibadah di Gereja. Saya memilih untuk masuk ke dalam kamar, saya memilih berbicara dari hati ke hati bersama Tuhan, mensyukuri 365 hari yang telah terlewati dan menyambut 365 hari yang akan datang. Kembali lagi saya pergumulkan masa depan saya. Kembali lagi saya bertanya dimana akan Dia tempatkan saya. Dan kembali lagi saya menyerahkan seluruh kehidupan saya dalam tangan kuasa-Nya. “THE YEAR OF GLOBAL BLESSINGS” adalah segelincir kalimat indah nan bermakna yang menjadi rhema bagi Gereja saya dalam tahun 2015 ini. Secara pribadi, saya mengimani rhema tersebut dalam kehidupan saya. Saya percaya rhema yang Tuhan taruh bagi Gereja, itu juga menjadi rhema bagi saya, dan saya tahu itu bukanlah suatu kebetulan. Hari berlalu begitu cepat dan tak terada sudah waktunya untuk mengisi pilihan jurusan dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Psikologi Universitas Gadjah Mada adalah satu-satunya pilihan yang saya isikan dalam SNMPTN. Banyak teman yang menyarankan untuk tetap mengisi pilihan kedua dan ketiga. Tetapi, dengan keras kepala saya tetap bersikeras hanya memilih satu pilihan. Pilihan dimana saya telah menaruh seluruh hati saya. Bulanpun juga berlalu dengan cepat. Ujian Nasional terlewati. Sabtu, 09 Mei 2015, saya menjalankan aktivitas seperti biasa, saya pergi latihan persiapan ibadah di Gereja, dan saya juga menyempatkan diri untuk datang ke Pondok Daud, berharap hasil yang akan saya terima sesuai dengan harapan saya. Latihan selesai, saya menunggu jemputan di pos satpan Gereja. Grup whatsapp kelas telah ramai dengan kata-kata Puji Tuhan dan Alhamdullilah. Cukup berbahagia melihat teman-teman bahagia. Senyumpun tersungging dalam bibir saya. Namun, dalam senyuman tersebut terselip ketakutan dan kekawatiran dalam diri saya. Beberapa sahabat saya sudah mulai menelepon tetapi sengaja tidak saya terima. Dalam kesunyian Gereja, hati saya terus menerus memanjatkan Doa Bapa Kami hingga mama datang menjemput saya. Saat di perjalananpun, Doa Bapa Kami terus saya panjatkan, berharap Tuhan mendengar jerit tangis ketakutan saya. Hingga sampai di rumah, saya mengambil waktu sejenak untuk kembali berbicara dengan Tuhan. Hanya saya panjatkan, saya hanya meminta kepada Tuhan untuk tidak membiarkan saya menangis ketika apa yang akan saya hadapi tak sesuai dengan kehendak saya. Perlahan saya membuka laptop dengan tangan gemetaran. Saya membuka webside pengumuman SNMPTN. Saya masukkan satu persatu digit angka yang menjadi NISN beserta tanggal lahir sebagai password. Oh Tuhan, ternyata bukan warna hijau yang saya lihat, melainkan warna merah. Saya dinyatakan tidak lolos dalam SNMPTN. Rasa kecewa dan sedih pasti ada dalam hati saya. Namun, di tengah rasa sedih itu, saya mencoba kembali mengambil waktu untuk tetap bersyukur kepada Tuhan. Saya lihat mama, serasa hati ini ingin menangis. Tetapi dengan lembutnya mama menguatkan saya bahwa masih ada cara Tuhan yang lain. Kemudian saya mencoba menenangkan hati sebelum saya mengabarkan kabar duka tersebut kepada teman-teman. Puji Tuhan, teman-teman menguatkan saya dalam keterpurukan hari itu. Dengan sekuat tenaga, saya mencoba untuk tetap tersenyum ketika orang-orang menanyakan tentang hasil SNMPTN, dan tetap saya katakan “Puji Tuhan belum lolos”. Perjuangan terus berlanjut ketika harus rela bangun lebih pagi untuk mengikuti bimbingan belajar Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Sampai teman-teman mengecap saya sebagai “Penghuni GO (tempat bimbel, maaf sebut merk)”. Ada juga yang mengatakan “Ngopo kowe esuk-esuk tekan GO (Kenapa kamu pagi-pagi sampai GO)”. Huh, sungguh itu sebuah perjuangan ketika teman lain masih bisa tidur nyenyang tetapi saya masih harus bergumul dengan soal-soal yang belum pernah saya pelajari, geografi ekonomi sosiologi, Oh Tuhan disaat saya menghabiskan waktu SMA saya untuk belajar fisika kimia dan biologi. Jumat, 15 Mei 2015. Hari dimana hasil Ujian Nasional dibagikan dan saya dinyatakan lulus dari bangku SMA. Hari itu sekaligus menjadi hari pertemuan bersama teman-teman dan guru-guru setelah pengumuman SNMPTN. Banyak teman saling bertukat pertanyaan “Kamu diterima dimana?”, dan saya hanya bisa tersenyum ketika mendapat pertanyaan tersebut. Bukan hanya teman yang menanyakannya, bahkan guru-guru juga saling menanyakan kepada murid-muridnya. Ketika saya berjalan bersama kedua teman karib saya, kami bertemu salah seorang guru. Beliau menanyakan pertanyaan sakral tadi, kedua teman saya menyebutkan sebuah universitas dan sebuah bidang studi, sedangkan saya, lagi-lagi saya hanya bisa tersenyum. Naas ternyata, bukan kata-kata semangat yang saya peroleh dari beliau, tetapi kata-kata cacian seperti “Kok milih itu sih, itu kan terlalu tinggi”. Oh Tuhan, salahkan saya untuk bermimpi? Saya hanya mengiyakan semua kata-kata beliau. Namun, sebagai manusia biasa, dalam hati saya mengeluarkan kata-kata umpatan “Lihat saja nanti, Pak”. Sedih? Iya. Kecewa? Sungguh. Tetapi saya tahu, cara terbaik untuk membalas semuanya itu adalah dengan menunjukkan kesuksesan. Setiap pagi, saya tidak pernah absen mengikuti bimbingan belajar (kecuali saat ada perpisahan kelas). Saya mencari-cari tempat dimana saya bisa belajar dan menghafalkan semua materi yang tak saya pahami. Saya ingin membuktikan bahwa saya bisa. Waktu terus berlalu dan tiba saatnya untuk pendaftaran SBMPTN. Disini adalah letak gejolak yang terjadi antara saya dengan mama. Di luar dugaan, mama saya menginginkan untuk saya melanjutkan kuliah di dalam kota. Saya geram saat itu, saya menangis dan berkali-kali bertanya dimana mama mau saya berada. Tangisan saya membuat hati mama luluh juga. Akhirnya, mama memberikan restu untuk saya memilih PTN yang ada di Kota Jogjakarta, yaa Universitas Gadjah Mada dengan bidang studi seperti pilihan saya waktu SNMPTN, psikologi. Selasa, 09 Juni 2015. Hari menegangkan, hari SBMPTN diadakan. Dengan mantap saya memasuki ruangan dan mengerjakan setiap soal yang ada. Puji Tuhan, tak begitu mengerikan seperti yang ada dalam pikiran saya. Masa penantian satu bulan pun datang. Saya mencoba untuk setiap seminggu sekali datang ke Pondok Daud menyerahkan semua hasilnya ke dalam tangan Tuhan. Setiap malam, sebelum saya tertidur, saya membayangkan diri saya sudah memakai jas almamater UGM. Setiap hari, saya menumpangi tangan foto saya saat berada di fakultas psikologi UGM, dan berharap bukan hanya menjadi sebuah foto. Itulah yang menjadi iman saya disaat penantian. Kamis, 09 Juli 2015, hari dimana saya tidak bisa tidur dengan tenang. Hanya sekedar memejamkan mata selama beberapa menit saja, saya tidak mampu. Pukul 16.30 saya sudah bersiap untuk membuka webside pengumuman SBMPTN. 3... 2... 1... 17.00, secepat kilat saya membuka webside tersebut, mengetikkan beberapa digit angkat pendaftaran dan tanggal lahir sebagai password. Bukan hijau yang saya lihat, bukan merah juga. Namun saya melihat mujizat berwarna biru yang bertuliskan “SELAMAT HESTI WIJAYANTI, ANDA DINYATAKAN LOLOS DALAM SBMPTN 2015 DENGAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA”. Praise The Lord, sedetik kemudian mama saya mencium dan mengucapkan selamat kepada saya dengan linangan air mata. Saya takjub, saya kaget hingga tak mampu bergerak. Bahkan tangan saya masih gemetaran. Hanya ini yang dapat saya berikan sebagai kado pernikahan untuk mama dan almarhum papa saya. Bukan lagi anak SMA, namun telah menjadi mahasiswa. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, di dalam kelemahan saya, kuasa-Nya begitu nyata. Apa yang tidak pernah dilihat mata, itu semua yang Dia sediakan bagi kita. Jangan pernah menyalahkan Tuhan ketika kehidupan yang kau jalani tak sesuai dengan apa yang kau kehendaki. Tetap bersyukur, karena Dia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Terkhusus untuk sahabat saya (jika kau membaca tulisan ini), terimakasih karena telah memberikan bahumu untuk saya sandari, terimakasih karena telah memberikan waktumu untuk sejenak menyebut nama saya dalam doamu. Tuhan Yesus memberkati :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masa Depan di dalam Tuhan - Renungan

Nats: Mazmur 37:37 Syallom saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Saat saya menulis renungan ini, saya teringat akan sebuah lagu sekolah minggu yang berbunyi seperti ini: “ Kupunya masa depan penuh harapan, Tuhan menjamin hidupku , asalku tetap setia memandang terus kedepan, kuyakin Tuhan menopang hidupku.” Lagu lagu sekolah minggu tersebut berisi pesan yang sangat dalam bagi saya. Disaat kita setia, pasti Tuhan akan menjamin masa depan kita. Namun, apa yang saudara ketahui tentang apa itu masa depan dan sebuah arti dari kesetiaan? Mengapa saudara harus memperjuangkan masa depan tersebut? Masa depan adalah sebuah masa yang dimana akan kita arungi diwaktu yang akan datang. Dan mungkin kita akan mendapatkan sesuatu yang kita harapkan dimasa sekarang ini pada masa depan tersebut. Atau dengan kata lain, masa depan adalah sesuatu yang harus kita perjuangkan untuk mendapatkan apa yang kita harapkan. Dalam Amsal 23:18 mengatakan bahwa masa depan itu sungguh ada. Artinya bahwa setiap oran...

I LOVE YOU IXACI :*

Dua tahun udah hampir berlalu saat aku pertama kali bertemu dengan teman-teman SMPku. Awal masuk tanggal 5 Juli 2010. Pertama masuk gerbang aku langsung kenalan dengan Thea dan Gita, kemudian aku menyendiri (makhlumlah cuman aku sendiri yg masuk aksel dari SDku). Setelah beberapa menit, tau-tau Izzul (yang saat itu belum pakai jilbab) mendekat dan kemudian kita kenalan deh. Hari pertama masuk aku kemana-mana sama Izzul. Tapi saat hari kedua, aku udah mulai kenal sama Kikik dan Alsha yang saat itu bangku Kikik berada di sebelahku dan Alsha didepanku. Seminggu berlalu dengan suasana kelas yang masih kayak kuburan. Saat MOSpun datang dan berlalu dengan cepat. Setelah itu kami (A Akselerasi) semakin dekat dan semakin dekat. Canda tawa selalu menemani hari-hari kami. Dan ini adalah penilaianku terhadap teman temanku: 1. ADAM WIGUNA SETIAWAN: Ini anak kocak, kocak banget malahan. Tapi sayangnya dia joroknya minta ampun. Kalo udah liat kaos kakinya ihhh jijik banget, udah bolong, kotor lagi...

PASKAH INDAH DI PANTI ASUHAN

Aku kangen saat-saat itu. Waktu aku sekitar kelas 3 SD aku ikut persekutuan anak yang namanya SEL. Disitu aku belajar banyak banget tentang puji-pujian dan Alkitab tentunya. Banyak kegiatan yang diadain di SEL ini, salah satunya kegiatan yang mau aku ceritain di entri ini yaitu kegiatan "KUNJUNGAN KE PANTI ASUHAN". Menurut kamu gimana? Kunjungan Ke Panti Asuhan? Kalau menurutku sih assikk banget. Aku inget, nama panti asuhannya BETH SHAN yang lokasinya didaerah Cemani, Sukoharjo. Kebetulan kunjungan itu diadakan waktu Hari Paskah. Saat kami membuat rencana itu, pihak panti asuhan sangat menyetujuinya. Perlengkapan demi perlengkapan kami persiapkan dengan sangat detail, walaupun saat itu aku dan teman-temanku masih anak-anak, kami punya semangat yang besar lhoo. Aku lupa saat itu kami berangkat naik apa, tapi yang jelas, panti asuhannya nggak jauh dari tempat SEL kami. Dengan kakak pembimbing, kami memasuki panti asuhan itu dan disambut dengan tawa dan canda dari teman-teman p...